2 research outputs found

    ONE-TIME ORDER INVENTORY MODEL FOR DETERIORATING AND SHORT MARKET LIFE ITEMS WITH TRAPEZOIDAL TYPE DEMAND RATE

    Get PDF
    Determining the end of the sales period for a one-time order inventory policy for technology products that see rapid innovation and improvement, such as smartphones, is a vital decision. While the market life cycle is short, with long lead times and expensive deliveries. Such situations can force the number of orders to be few or even only once. Products with the latest technology consist of many components that allow for deterioration from the start. This study discusses the effect of the market life cycle, as indicated by the trapezoidal demand rate, on deteriorating item inventory policies. This study will provide new insights into inventory policy. Mathematical models with a non-linear generalized reduced gradient approach can find the optimal end of the selling period and the order size to achieve maximum profit. A sensitivity analysis showed several findings that provide insight for management

    Analisis Perbandingan Kebijakan Sistem Persediaan Penyangga Dinamis, Peninjauan Kontinu, dan Peninjauan Periodik

    No full text
    Perusahaan kerapkali menghadapi masalah persediaan. Persediaan yang banyak dianggap mampu menjamin ketersediaan barang bagi pelanggan, namun mengakibatkan adanya penumpukan barang dengan modal yang besar. Sedangkan persediaan yang sedikit akan mengakibatkan barang kosong midaj terjadi. Karena itu perusahaan menghadapi dilemma menyimpan dalam jumlah banyak atau sedikit. Kunci dalam mengatasi dilema ini adalah metode pemenuhan kembali atau isi ulang (replenishment) yang efektif. Terdapat tiga kebijakan umum isi ulang, yaitu: peninjauan kontinu atau (s,S), sistem peninjauan periodik, dan manajemen penyangga. Kedua metode pertama telah dikenal secara umum, sementara yang terakhir masih relatif baru. Artikel ini mencoba mengembangkan lebih lanjut metode penyangga dinamis dan membandingkan kinerja kebijakan ini dengan dua kebijakan tradisional peninjauan kontinu dan periodic. Rantai pasok yang digunakan terdiri dari Pusat Distribusi Wilayah dan Pusat Distribusi Utama. Pada Pusat Distribusi Wilayah, jika permintaaan konsumen tidak dapat dipenuhi maka terjadi kekosongan yang berakibat kehilangan penjualan, sedangkan pada Pusat Distribusi Utama yang menerima pesanan dari Pusat Distribusi Wilayah, jika permintaan Pusat Distribusi Wilayah tidak dapat dipenuhi maka tunggakan terjadi yang akan dipenuhi pada periode berikutnya. Kriteria penilaian kinerja kebijakan isi ulang yang digunakan adalah tingkat persediaan dan kekosongan. Hasil simulasi menunjukkan manajemen penyangga dinamis adalah kebijakan yang lebih baik dengan tingkat persediaan yang sedikit dan rendahnya jumlah maupun frekuensi barang kosong. Katakunci: manajemen persediaan, metode isi ulang, penyangga dinamis, peninjauan kontinu, peninjauan periodi
    corecore